“kok dia bego banget, sih?”
adalah sebuah kalimat yang terlontar dari seorang kawan saat kami mendiskusikan
perilaku terlalu ‘manut’ yang baru kami lihat. Pernyataannya memnacing pro dan
kontra, beberapa dari kami menyetujui bahwa si dia yang sedang kami bicarakan
memang bodoh sementara yang lainnya tidak setuju. Kenapa si dia diberi predikat
‘bego’ adalah karena dia yang kami bicarakan ini menunjukan loyalitas kepada
pasangannya dengan cara yang berlebihan, setidaknya di mata kawan saya yang
pertama berkomentar tersebut. Saya termasuk yang tidak setuju dengan pernyataan
kawan saya, walaupun hanya mengungkapkan dengan kalimat pendek ‘ya begitulah
kalau punya pacar cantik’ (si dia yang dikomentari bego adalah laki-laki)
pernyataan saya itu pun mendapat reaksi yang keras.
Mungkin, kawan saya itu tidak
sadar bahwa didalam hubungannya, dia pun lebih sering terlihat ‘bego’ di mata
kami. Yang jadi lucu adalah ketika orang
lain memperlakukan pacarnya bak putri, dia yang paling keras mengkritik
sementara dalam keseharian agenda berpacarannya, dia tak ubahnya asisten yang
dipanggil ‘yang’. Begitu pula saat saya berkomentar ‘ya begitulah kalau punya
pacar cantik,’ dimana menurut kawan saya itu komentar saya tidak masuk akal
mengingat pacar si dia yang dikomentari bego tidak cantik di mata kawan saya.
Hey, tidak cantik menurutmu bukan berarti tidak cantik menurut orang lain kan?
Di mata kawan saya, pacarnya jelas wanita paling cantik di dunia. Tapi, apa
benar semua orang berpendapat sama? Itulah sebabnya ada istilah cantik itu
relative, sebab kalau definisi cantik di samaratakan dengan standar Barbara
Palvin, gimana yang tampangnya seperti Miranda Kerr? Jadi jelek dong.
Kembali ke masalah “kok dia bego
banget, sih?” menurut saya pribadi, si dia yang disebut bego itu hanya
menunjukan loyalitas ke pacarnya, loyalitas yang tidak ada hubungannya dengan
saya, kawan saya, atau penduduk dunia yang lain. Mungkin di mata si dia itu,
inilah pembuktian cinta yang hakiki untuk wanitanya, mau dibilang dungu oleh
seluruh dunia toh tak mengapa karena ini tentang perasaannya. Inilah yang
harusnya menjadi pengingat untuk kita semua, berpikir sebelum berkomentar.
Karena bisa jadi, yang kita komentari tentang orang lain adalah kebiasaan yang
juga kita lakukan sehari-hari.
0 komentar:
Posting Komentar