Selasa, 29 Desember 2015

Bed of Roses

Diposting oleh the storyteller di 00.23 0 komentar
still I run out of time or it's hard to get through
'till the bird on the wire flies me back to you
I'll just close my eyes
and whisper
baby, blind love is true.

Selasa, 23 Juni 2015

It Was Not Me

Diposting oleh the storyteller di 01.03 0 komentar
I had no idea that you would mean this much to me
and how I became really like you effortlessly
I tought we were meant to be
but turn out, your heart was not belong to me

it was not me

Bukan Namaku

Diposting oleh the storyteller di 00.33 0 komentar
engkau bersabda bahwasanya sebaik-baiknya lelaki adalah untuk wanita yang baik juga. dan sebaik-baiknya wanita adalah untuk lelaki yang baik pula. kupegang janji-Mu erat-erat layaknya anak yang takut kehilangan balon yang tinggal empat. kubuat batasan untuk diriku sendiri agar nantinya lelaki terbaiklah yang akan membuka batasan itu. 
salahku mendahului takdir, mungkin Engkau murka padaku. sebab di masa penantian ini aku menulis sendiri sebuah nama di dalam hati, dan terlalu jauh mengkhayalkan betapa bahagianya aku nanti.
mungkin itulah sebabnya kenyataan memberitahuku dengan caranya yang brutal, bahwa nama yang tertulis di hatiny, ternyata bukan namaku.

The Girl He Loves (Lang Leav's Poet)

Diposting oleh the storyteller di 00.10 0 komentar
There was a man who I once knew
for me there was no other
the closer to loving me he grew,
the more he would grow further.

I tried to love him as his friend
then to love him as his lover,
but he never loved me in the end-
his heart was for another.

Minggu, 11 Januari 2015

"Kok dia bego banget, sih?"

Diposting oleh the storyteller di 16.23 0 komentar


“kok dia bego banget, sih?” adalah sebuah kalimat yang terlontar dari seorang kawan saat kami mendiskusikan perilaku terlalu ‘manut’ yang baru kami lihat. Pernyataannya memnacing pro dan kontra, beberapa dari kami menyetujui bahwa si dia yang sedang kami bicarakan memang bodoh sementara yang lainnya tidak setuju. Kenapa si dia diberi predikat ‘bego’ adalah karena dia yang kami bicarakan ini menunjukan loyalitas kepada pasangannya dengan cara yang berlebihan, setidaknya di mata kawan saya yang pertama berkomentar tersebut. Saya termasuk yang tidak setuju dengan pernyataan kawan saya, walaupun hanya mengungkapkan dengan kalimat pendek ‘ya begitulah kalau punya pacar cantik’ (si dia yang dikomentari bego adalah laki-laki) pernyataan saya itu pun mendapat reaksi yang keras.
Mungkin, kawan saya itu tidak sadar bahwa didalam hubungannya, dia pun lebih sering terlihat ‘bego’ di mata kami.  Yang jadi lucu adalah ketika orang lain memperlakukan pacarnya bak putri, dia yang paling keras mengkritik sementara dalam keseharian agenda berpacarannya, dia tak ubahnya asisten yang dipanggil ‘yang’. Begitu pula saat saya berkomentar ‘ya begitulah kalau punya pacar cantik,’ dimana menurut kawan saya itu komentar saya tidak masuk akal mengingat pacar si dia yang dikomentari bego tidak cantik di mata kawan saya. Hey, tidak cantik menurutmu bukan berarti tidak cantik menurut orang lain kan? Di mata kawan saya, pacarnya jelas wanita paling cantik di dunia. Tapi, apa benar semua orang berpendapat sama? Itulah sebabnya ada istilah cantik itu relative, sebab kalau definisi cantik di samaratakan dengan standar Barbara Palvin, gimana yang tampangnya seperti Miranda Kerr? Jadi jelek dong.
Kembali ke masalah “kok dia bego banget, sih?” menurut saya pribadi, si dia yang disebut bego itu hanya menunjukan loyalitas ke pacarnya, loyalitas yang tidak ada hubungannya dengan saya, kawan saya, atau penduduk dunia yang lain. Mungkin di mata si dia itu, inilah pembuktian cinta yang hakiki untuk wanitanya, mau dibilang dungu oleh seluruh dunia toh tak mengapa karena ini tentang perasaannya. Inilah yang harusnya menjadi pengingat untuk kita semua, berpikir sebelum berkomentar. Karena bisa jadi, yang kita komentari tentang orang lain adalah kebiasaan yang juga kita lakukan sehari-hari.








Kamis, 16 Oktober 2014

why can't this be love?

Diposting oleh the storyteller di 16.29 0 komentar
straight to the point. I once liked a guy. no I am not just 'like' him, I loved him with all of my heart, I am sooo into him but he left me with doubt. he seem like into me, but I can't tell more.  so for saving myself for the tears, I keep remind myself that he did not love me back
but as time goes by, we're getting closer than I ever tought I might, as we grew closer, I kept hoping that he would be the one. but in the end of the day, his heart was always for another.
it bruise me for a while, but I keep on moving. at one point, some ugly truth bring me back from the dark, I finally let him go.
until one day, a friend of his told me that he is actually into me, he did love me back, and for some reason he does not love me the way I love him but surely he does love me. it hit me then, if we were into each other at that time, why can't this be love?

Senin, 24 Maret 2014

13

Diposting oleh the storyteller di 18.05 0 komentar
mungkin ragaku tak bergeming, mungkin lisanku berkata lain. aku mengingkari sebisaku, nyatanya hatiku diam demi mendengar namamu.
 

Unchained Stories Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review